Senin, 23 November 2015

BERMAIN HUJAN

KAMU

Aku menyebutmu kepiluan
Merindukanmu adalah tangisan sendu bagiku

Aku menyebutmu bencana
Berharap hadirmu membuatku tak ingin apa-apa

Aku menyebutmu candu
Karena merindukanmu membuatku terus ingin mengulangi

Lalu dimana keindahanmu
Diantara kepiluan,
bencana dan candu cintamu adalah keindahan dari segala keistimewaan bagiku

November 2015, Cilamaya Wetan
Hendrik Agustian

AI

Ai, kau tahu
Mendung kini sedang memayungi anganku
Membuatku tak mampu berhenti memikirkanmu

Ai, kau tahu
Kini hujan turun dipelataran hatiku
Membasahi menggenang kerinduan

Ai, kau tahu
Aku tenggelam karna hujan kerinduan
Hujan yang dicipta tuhan membanjiri hatiku

Ai, kau tahu
Aku sangat mengagumii mendung
Aku sangat mencintai hujan
Begitupun aku padamu

November 2015
Hendrik Agustian


POJOK RUANG TAK BERJENDELA

Di pojok ruang tak berjendela
Kutermenung bergulat sepi
Bertemu ku sendu tak bernama
Memaksa ku mengukir kembali puisi
Puisiku tak berima
Terkesan ngawur tak beratur
Tak apalah sudah
Terasa cukup bagiku
Untuk ku mengagumimu
Kembang yang mekar di gelapnya mendung
Semerbak merekah di gemerciknya hujan
Tegar berdiri di antara dentuman sang gemuruh
Di pojok ruang tak berjendela
Antara mendung, hujan dan gemuruh
Rindu pada kembang membuatku keluh

November 2015, Cilamaya Wetan
Hendrik Agustian


MENDUNG

Kenapa mendung terlihat gelap
Bukanya awan nyata putih
Apakah putih awan berubah gelap
Tapi tetap awan berwarna putih
Bukan karena awan berubah warna
Tapi sifat cahaya alasannya
Sinaran mentari terhalang tebalnya induk hujan
Itu jawabannya,
Begitupun engkau kembang
Terlihat laksa mendung
Terlihat gelap menakutkan
Kala sinaran kecantikan
Terhalang induk amarah
Membuatku takut
Kalut
Terpuruk

November 2015, Cilamaya Wetan
Hendrik Agustian


MENTARI DAN MENDUNG

Kau mentari
Aku mendung
Berjuta keindahan ada padamu
Sedang  kesenduan ada padaku
Kau mentari
Aku mendung
Menyejukan kala bersama

November 2015, Cilamaya Wetan
Hendrik Agustian


BERMAIN HUJAN

Bermain dimusim hujan
Mengubah rintik menjadi cantik
Melukis lebat menjadi kerabat
Memahat petir menjadi getir
Mendung menjadi gandrung
Guruh menjadi keluh
Tercipta saat rindu menjadi candu
Berkumpul dalam indahnya mendung
Di musim hujan

November 2015, Cilamaya Wetan
Hendrik Agustian


KEAJAIBAN HUJAN DESMBER

Hujan itu?
Ya benar hujan itu
Yang selalu terkenang
Saat rindu tergenang
Selalu teringat
Kala dingin membuat kita rapat
Memberi kita  ruang cakap
Tentang rintik
Yang membuatmu terlihat begitu cantik
Tentang kilat
Membuatmu semakin dekat
Kau takut petir
Katamu suaranya membuatmu getir
Kau takut guruh
Katamu suaranya membuatmu keluh
Tapi bagiku ada satu yang kutakutkan
Kala hujan berhenti
Iya benar
Karena kau harus kuantar pulang
Meninggalkan kilat yang membuat kita dekat
Biarlah hujan turun seharian
Agar ku dapat terus bersamamu kembang

November 2015, Cilamaya Wetan
Hendrik Agustian


KEINDAHAN DI SEGALA RINDU

Tak henti jariku bergoyang
Mencari kata kata yang mampu menunjukan keindahanmu
Tak henti anganku menari
Karena lagu rindu yang selalu kau dendangkan dimalam sepi
Tak lelah imajiku memburu
Tatanan kalimat yang mewakili kerinduanku
Tak lelah
Dan tak akan pernah lelah
Sebelum kutemukan keindahanmu dalam tulisanku
Akan tetap ku cari
Walau ku terus berlalri diantara sepi
Akan tetap ku buru
Keindahan dalam segala rindu

November 2015
Hendrik Agustian

BALADA

Nang ning
Ning nang nung
Kala hening
Ku merenung
Pok ame ame
Belalang kupu kupu
Sepi dalam rame
Semua karena rindu
Siang makan nasi
Kalau malam minum susu
Galau dalam sepi
Rindu sangat akan hadirmu

November 2015
Hendrik Agustian


SEDERHANA

Aku merindumu secara sederhana
Cukup ku telan hasrat
Ku ubah ingin menjadi candu
Mempercepat hari dalam seminggu
Disitu rindu dirimu, akan bertemu

November 2015, Cilamaya Wetan
Hendrik Agustian


KEMBANG KECILKU

Perjalanan kita tak semudah sebuah cerita
Berliku kadang saling bertabrakan
Iya, itu benar tak seindah cerita romantis
Diantara berjuta keindahannya
Ribuan masalah menari didalamnya
Tak bisa kubayangkan
Jika lawan kisahku bukan kau
Tak mampu ku mimpikan
Seandainya tokoh itu bukanlah engkau
Kau yang indah akan kesabaranmu
Luarbiasa akan kesetianmu
Ketika ku batu kau mampu menjadi air
Ketika ku gersang engkau laksa hujan
Terimakasih kembang kecilku
Begitu luarbiasa kisah yang kita tulis
Bersamaku bukan suatu hal yang gampang
Kau harus melawan egois
Kadang membuatmu menangis
Tapi kau tetap berdiri
Tersenyum di sepanjang alur
Kembang kecilku kembang peraduanku
Jangan bimbang peluklah aku
Entah sampai kapan kita mampu
Tetaplah menjadi kembang kecilku
Sebagai teman kisah yang belum usai
November 2015, Cilamaya Wetan


Menanti hujan

Ku pandangi jendela kamar tanpa usik
Berharap mendung
Membawa berita kapan hujan datang
Resah berkecamuk diantara sepi dan rindu
Menanti rintikmu
Menanti ricakmu
Menanti sejukmu
Mendung lewat tanpa satu kata terucap
Meninggalkan kerinduan di jendela kamar
Menyisakan harap kapan kau datang

November 2015, Cilamaya Wetan
Hendrik Agustian


KETIKA RINDU DAN CINTA BERCANDA

Nyanyian jiwaku nyanyian cintaku
Bersenandung  di seketika rindu
Menari dalam birama kesaksian semu
Berdendang laju tanpa rasa malu

Berjalanku tepat dibelakang bayanganku
Walau mentari terdiam di belakangku
Aku tetap berjalan kemana cinta harus bertemu
Bukan kenapa dan  apa, tapi siapa yang merindumu

Tarian jiwaku tarian fana
Luwes diantara kelopak mata
Bergoyang tak tentu arah dan kapan tiba
Memecah keceriaan gereja di pagi buta

Nyanyian jiwaku berhenti
Senandungku tak lagi sendu
Tarianku merubah sepi
Saat hati tersapa rindu

02022015
Cilamaya wetan
Hendrik Agustian


TERHENTI DI TITIK

Jariku kembali menari dalam indah imaji
Memutar hayal menjadi sebuah prosa
Tak indah tapi mewakili
Betapa kerinduan meracuni ku

Berjuta kata ku eja
Beribu kalimat ku pahat
Beratus bait terhimpit
Berpuluh paragraf berjajarkan shaf

Ku cari koma dalam puisi ku
Entah dimana hanya tanda tanya
Ku cari titik dalam puisi ku
Ternyata ada di kamu

Hanya kamu yang merubah koma menjadi titik
Merubah tanya menjadi seru
Kau titik bagiku
Bukan koma atau tanda petik
Karena semua puisiku terhenti padamu

24042015
Pesisir Karawang
Hendrik Agustian


BINCANG MALAM

Kelopak tak bersahabat malam
Memikirkanmu adalah rutinitas, tak pernah tuntas
Walau jarak mengkotakkan kita pada tempat berbeda
Rasa mengikat pada juntaian seribu rindu

Berbincang ku pada pemilik gelap
Bahwa kerinduan itu menyiksa
Benar selalu menyiksa
Tak pernah menyisakan ruang lupa

Tersiksanya aku, karena rindu itu
Yang tak ingin pergi dariku
Seperti berpacaran dengan malam
Rindu tak mau hilang
Selalu datang,
disetiap rumitnya alasan kelopak tertutup
Rindu itu selalu datang

November 2015, Cilamaya Wetan
Hendrik Agustian








Tidak ada komentar:

Posting Komentar